Rakor PWRI Kabupaten Blora, Insan Pers Harus Tangguh Di Tengah Digitalisasi Media

Blora-Update News.id

Rumah Makan Bamboe Sanjaya menjadi saksi rapat koordinasi (rakor) Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora yang berlangsung pada Sabtu pagi (6/7/2024). Dihadiri oleh anggota PWRI yang terdiri dari wartawan dari berbagai media di Blora, rapat ini berlangsung mulai pukul 10.00 WIB hingga 12.54 WIB dengan menghadirkan Sumardi, ketua PWRI Blora, sebagai narasumber utama.

Ditemui selesai acara, Sumardi mengatakan bahwa rakor ini merupakan langkah awal koordinasi menjelang jadwal resmi yang telah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Tengah. Ia menekankan pentingnya persatuan dan sinergi antarwartawan di Kabupaten Blora. Ia juga menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi oleh wartawan di lapangan, terutama terkait dengan kebebasan pers dan akuntabilitas.

Sumardi menyebut, kebebasan pers di Indonesia dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. UU ini memberikan jaminan kepada wartawan untuk menayangkan fakta-fakta di lapangan secara bebas.

“Wartawan memiliki hak untuk mencari informasi, data, dan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya. Namun, ia juga menekankan bahwa dengan kebebasan tersebut datang tanggung jawab besar untuk menjaga integritas dan kredibilitas berita yang disampaikan kepada publik.

Dalam diskusi, beberapa wartawan mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap ancaman fisik dan intimidasi yang sering kali dihadapi saat meliput berita sensitif. Sumardi menanggapi dengan menegaskan perlunya solidaritas di antara para wartawan dan pentingnya dokumentasi yang baik untuk melindungi diri dari ancaman hukum.

“Dalam menjalankan tugas, wartawan harus tetap berpegang pada kode etik jurnalistik dan tidak ragu untuk meminta perlindungan hukum jika merasa terancam,” tambahnya.

*Sinergi dengan LSM*

Dalam kesempatan tersebut, Ketua PWRI yang akrab dengan sapaan Mbah Sumar mengatakan peran penting Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mendukung pekerjaan wartawan. Ia menjelaskan bahwa LSM dan wartawan memiliki profesi yang saling melengkapi.

“Wartawan bertugas untuk memberitakan, mencari berita, informasi, dan data, sementara LSM bertugas menampung informasi dan melakukan advokasi. Keduanya memiliki peran krusial dalam memastikan informasi yang disampaikan kepada publik adalah akurat dan dapat dipercaya,” jelasnya.

Kerja sama antara wartawan dan LSM diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemberitaan serta memperkuat upaya dalam menyuarakan isu-isu penting di masyarakat. Mbah Sumar menekankan bahwa kolaborasi ini harus didasarkan pada saling pengertian dan transparansi agar dapat berjalan efektif.

Dalam era digital yang semakin maju, tantangan bagi wartawan juga mengalami perubahan. Sumardi mengakui bahwa transformasi digital telah mengubah cara kerja wartawan. Namun, ia optimis bahwa para wartawan di Blora mampu beradaptasi dengan baik.

“Sekarang adalah zaman digitalisasi, di mana semua wartawan sudah sedikit banyak mendapatkan bekal dari seniornya. Penguasaan teknologi menjadi keharusan untuk tetap relevan dan kompetitif,” katanya.

Digitalisasi tidak hanya mengubah cara berita dikumpulkan dan disebarkan, tetapi juga meningkatkan tuntutan akan kecepatan dan akurasi. Dalam konteks ini, Sumardi mengingatkan bahwa wartawan harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip jurnalistik meski berada di bawah tekanan waktu.

Dalam organisasi yang besar dan beragam seperti PWRI, akuntabilitas dan transparansi menjadi isu yang tidak bisa diabaikan. Sumardi mengakui bahwa mengelola organisasi yang terdiri dari banyak individu dengan latar belakang yang berbeda tidaklah mudah.

“Untuk organisasi karena orang banyak jadi gampang-gampang susah untuk akuntabilitas. Sebagai contoh rakor hari ini, jadwal telah ditetapkan bersama jam 10.00, tapi nyatanya molor (mundur, red). Yang penting adalah saling memahami, mengisi, dan melengkapi kekurangan satu sama lain,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur di antara anggota untuk memastikan bahwa semua suara didengar dan setiap keputusan diambil secara kolektif. Sumardi juga mengajak semua anggota PWRI Kabupaten Blora untuk tetap kompak, guyup, rukun, dan transparan dalam setiap aktivitas mereka.

“Kita sama-sama mendukung PWRI Kabupaten Blora untuk kita bersama, khususnya untuk anggota PWRI di Kabupaten Blora untuk tetap kompak, guyup, rukun, dan transparan,” tambahnya.

Rakor PWRI Kabupaten Blora ini menjadi momentum penting bagi para wartawan di Blora untuk memperkuat solidaritas dan komitmen mereka terhadap kebebasan pers. Dalam suasana yang penuh semangat, para wartawan berdiskusi, berbagi pengalaman, dan merencanakan langkah-langkah ke depan untuk menghadapi tantangan di era digital.

Sumardi mengakhiri rapat dengan pesan motivasi untuk seluruh anggota. “PWRI tidak akan berarti apa-apa tanpa kekompakan dari seluruh anggota. Jadi PWRI ini dari kita, oleh kita, dan untuk kita bersama.”

(sudarpo said)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *