Karnaval Botoreco, Refleksi Bhenika Tunggal Ika Yang Harus Dijaga

Update News.id

Blora-Jalanan poros Kunduran – Doplang dibuat macet selama 4 jam mulai pukul 07.30-10.30. Pasalnya saat itu sedang diadakan karnaval peringatan Hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 79 di desa Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Kabupaten Blora. Mengambil start di lapangan Desa Botoreco yang berseberangan dengan Kantor Desa, acara yang berlangsung hari Senin (19/8/2024), para peserta menyelusuri jalanan Botoreco hingga finis di kediaman Kades Botoreco dukuh Ngreco.

Acara diikuti oleh semua lembaga pendidikan yang ada di Botoreco, ada 5 TK, RA dan PAUD, kemudian 3 Sekolah Dasar, dan 9 Dukuhan. Yakni dukuhan Balong, Kawisan, Nguter, Ngerco, Tanduran, Pungkruk, Ngrapoh, Gabluk dan Nglencong.

Acara dibuka dengan penampilan Grup Drum Band dari dua grup yakni dari SDN 1 Botoreco dan MI diikuti Sekolah-sekolah lain. Kemudian ada rombongan perangkat desa sarimbit yang dipandegani oleh Kepala Desa dengan berpakaian beskap Jawa warna hitam berjarit lengkap dan dengan blangkon dan kerisnya. Kemudian diikuti oleh sembilan dukuhan dengan kreasinya masing-masing.

Kades Botoreco, Sujono mengatakan bahwa karnaval ini merupakan kedua kalinya diadakan. Dengan karnaval ini diharapkan masyarakat Botoreco bisa bersatu padu walaupun terdapat banyak perbedaan. “Ini adalah wujud Bhenika Tunggal Ika, kita menyatukan dari seluruh lembaga pendidikan mulai PAUD, RA dan TK serta SD di Botoreco dan sembilan dukuhan, semua berpartisipasi dalam karnaval ini,” ungkap Sujono.

Memang tidak hanya anak muda saja yang berpartisipasi dalam gelaran arak-arakan ini. Namun mulai anak kecil hingga embah-embah tidak mau ketinggalan ikut serta dalam perayaan ini. Berbagai macam kreasi ditampilkan oleh para peserta, mulai gerak dan lagu, patung hewan raksasa hingga nenek yang menggendong hasil bumi.

Melihat antusias peserta, Kades pun ikut menari bersama mereka. Penari-penari cantik, bertambah semangat ketika Kades Sujono memberikan saweran kepada mereka satu persatu.

Masyarakat berjubel untuk menyaksikan penampilan peserta satu persatu. Walaupun jarak antara satu peserta dengan peserta lainnya cukup jauh, namun mereka rela untuk menunggu peserta yang siap menyajikan karya terbaik mereka. Karena sebenar peringatan 17an bukan saja milik peserta karnaval, tetapi juga milik mereka.

(Sudarpo Said)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *